Yunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Rabu, 12 Oktober 2011 | 16:23 WIB
Dmitry BogdanovSiapa menyangka ada mosnter pemakan Shonisaurus popularis yang selama ini dikenal sebagai predator laut purba.
KOMPAS.com - Mark McMenamin, palaentolog Mount Holyoke College di Massachusetts, AS, mengungkapkan hipotesis bahwa di masa lalu, terdapat monster laut purba yang biasa memakan reptil laut jenis ichthyosaurus. Padahal ichthyosaurus selama ini dikenal sebagai predator utama di laut yang berukuran sebesar bis serta memiliki gigi menyeramkan.
Hipotesis tersebut didasarkan atas analisis terhadap fosil ichthyosaurus sebesar 14 meter dari spesiesShonisaurus popularis dari masa Triassic antara 248-206 juta tahun lalu yang terdapat di Berlin-Ichthyosaur State Park di Nevada. Selama ini, kematian Shonisaurus popularis yang fosilnya ada di Berlin -Ichthyosaur State Park itu masih misteri.
Studi sebelumnya pada tahun 1950-an oleh Charles Lewis Camp dari Ubniversity of California Berkeley menyebut bahwa spesies itu mati oleh alga beracun. Namun demikian, tak ada bukti bahwa spesies itu mati di area laut dangkal. Studi lain oleh Jennifer Hogler dari University of California Museum of Paleontology justru menyebut bahwa spesies itu mati di laut dalam.
McMenamin yang penasaran akan teka teki tersebut melakukan penelitian bersama istrinya, Dianna Schulte McMenamin. Ia mengatakan bahwa ketika ada kontroversi tentang kedalaman tempat kematian spesies itu, pasti ada sesuatu yang menarik. Dan ketika McMenamin menjumpai fosil tersebut, ia menyadari adanya susunan tulang yang aneh.
Ichthyosaurus itu sepertinya tidak langsung dibunuh dan dimakan. Tulangnya ditata ulang, dibawa ke tempat tertentu sebelum dihabisi. Perilaku makan itu dijumpai pada gurita modern. McMenamin mengatakan, tanda-tanda yang ada menunjukkan bahwa monster laut purba yang menjadi hipotesis sepertinya menenggelamkan ichthyosaurus dan mematahkan lehernya. Susunan tulang belakangichthyosaurus mengisyaratkan hasil hisapan hewan Cephalopoda-Coleoidea yang meliputi golongan gurita serta cumi - cumi.
Susunan tulang itu yang dihasilkan bisa menjadi petunjuk potret monster laut yang sebenarnya, yang menurut McMenamin serupa dengan gurita purba. Tapi mungkinkan gurita purba membunuh predator terkuat di laut pyurba? McMenamin mengatakan hal ini mungkin, paling tidak berdasarkan video "On the Brink: A Gallery of Wild Sharks" di mana gurita bisa membunuh hiu.
"Kami berpikir bahwa cephalopoda (monster laut purba) pada masa Triassic juga bisa melakukan hal yang sama. Bukti lain yang mendukung, ada banyak tulang rusuk yang rusak pada fosil shonisaurus, menunjukkan bahwa yang terjadi bukan kecelakaan atau leher yang terpelintir," kata McMenamin.
Hipotesis McMenamin memang menarik, tapi sulit untuk dibuktikan. Jika benar bahwa monster purba itu adalah golongan gurita, maka kemungkinan menemukan fosilnya sangat sulit. Sampai saat ini pun tak ada bukti fisik keberadaan monster laut purba itu. Gurita bertubuh lunak, hanya memiliki bagian keras pada bagian mulutnya dan pasti tak mungkin terawetkan dalam waktu jutaan tahun.
Beberapa ilmuwan skeptis dengan hipotesis McMenamin, namun McMenamin mengatakan, "Kami siap dengan ini. Kami punya kasus yang sangat bagus."
Hipotesis tersebut didasarkan atas analisis terhadap fosil ichthyosaurus sebesar 14 meter dari spesiesShonisaurus popularis dari masa Triassic antara 248-206 juta tahun lalu yang terdapat di Berlin-Ichthyosaur State Park di Nevada. Selama ini, kematian Shonisaurus popularis yang fosilnya ada di Berlin -Ichthyosaur State Park itu masih misteri.
Studi sebelumnya pada tahun 1950-an oleh Charles Lewis Camp dari Ubniversity of California Berkeley menyebut bahwa spesies itu mati oleh alga beracun. Namun demikian, tak ada bukti bahwa spesies itu mati di area laut dangkal. Studi lain oleh Jennifer Hogler dari University of California Museum of Paleontology justru menyebut bahwa spesies itu mati di laut dalam.
McMenamin yang penasaran akan teka teki tersebut melakukan penelitian bersama istrinya, Dianna Schulte McMenamin. Ia mengatakan bahwa ketika ada kontroversi tentang kedalaman tempat kematian spesies itu, pasti ada sesuatu yang menarik. Dan ketika McMenamin menjumpai fosil tersebut, ia menyadari adanya susunan tulang yang aneh.
Ichthyosaurus itu sepertinya tidak langsung dibunuh dan dimakan. Tulangnya ditata ulang, dibawa ke tempat tertentu sebelum dihabisi. Perilaku makan itu dijumpai pada gurita modern. McMenamin mengatakan, tanda-tanda yang ada menunjukkan bahwa monster laut purba yang menjadi hipotesis sepertinya menenggelamkan ichthyosaurus dan mematahkan lehernya. Susunan tulang belakangichthyosaurus mengisyaratkan hasil hisapan hewan Cephalopoda-Coleoidea yang meliputi golongan gurita serta cumi - cumi.
Susunan tulang itu yang dihasilkan bisa menjadi petunjuk potret monster laut yang sebenarnya, yang menurut McMenamin serupa dengan gurita purba. Tapi mungkinkan gurita purba membunuh predator terkuat di laut pyurba? McMenamin mengatakan hal ini mungkin, paling tidak berdasarkan video "On the Brink: A Gallery of Wild Sharks" di mana gurita bisa membunuh hiu.
"Kami berpikir bahwa cephalopoda (monster laut purba) pada masa Triassic juga bisa melakukan hal yang sama. Bukti lain yang mendukung, ada banyak tulang rusuk yang rusak pada fosil shonisaurus, menunjukkan bahwa yang terjadi bukan kecelakaan atau leher yang terpelintir," kata McMenamin.
Hipotesis McMenamin memang menarik, tapi sulit untuk dibuktikan. Jika benar bahwa monster purba itu adalah golongan gurita, maka kemungkinan menemukan fosilnya sangat sulit. Sampai saat ini pun tak ada bukti fisik keberadaan monster laut purba itu. Gurita bertubuh lunak, hanya memiliki bagian keras pada bagian mulutnya dan pasti tak mungkin terawetkan dalam waktu jutaan tahun.
Beberapa ilmuwan skeptis dengan hipotesis McMenamin, namun McMenamin mengatakan, "Kami siap dengan ini. Kami punya kasus yang sangat bagus."
Sumber :