Air Mata Kehidupan

Minggu, 29 Mei 2011

Kehidupan jalanan

Kehidupan di jalanan Ibu Kota
"Mengapa sih kita takut pada matahari..."
"... jika cinta sudah dibuang...
jangan harap keadilan akan datang...
ternyata kita mesti berjalan...
robohkan setan yang berdiri mengangkang...
oo yao yao ya bongkar...
oo yao yao ya bongkar...
lagu-lagu itu yang mereka terus nyanyikan pada saat itu di bianglala AC 76 atau 57 jurusan ciputat...
aku termangu-mangu waktu itu... apa ada kehidupan lain yang mereka punya selain ini...

 
AWAL PERTEMUAN

Ketika itu siang terik di awal tahun 98, aku menunggu bus seperti biasa di depan jalan Garnisun, Benhill, dengan beberapa pengamen jalanan... aku belum tahu nama-nama mereka saat itu, pokoknya potongannya seram, rambut panjang, baju lusuh dan jeans belel... tapi hei... anak-anak yang ini sepantaran denganku... dan mereka terlihat ramah... nongkrong di warung kopi sambil menghisap rokok dan berdiskusi dengan serunya... tidak sepeti kita disini... debat kusir melulu dan jarang ada yang mau kalah... termasuk saya... hehehe... kami pun berkenalan... ada Oka, Ian Ambon, Raymond, Anto Puisi, dari mereka-mereka inilah akhirnya saya mengenal lebih jauh tentang kehidupan anak jalanan dan dunia preman. Ternyata tidak semua anak2 jalanan itu brengsek, buruk, tukang copet, tukang palak, pemabuk, dan cap negatif lainnya... banyak juga diantara mereka yang masih kuliah, orangtua dari 2 anak, aktivis jalanan, dll.

AWAL MENGAMEN

Waktu itu saya kuliah malam dan pulangnya bertemu dengan mereka lagi... lalu mereka mengajak saya naik bus... dan ikut menyanyi bersama mereka... saya bingung kenapa saya tidak ditagih kenek... akhirnya saya tahu semua pengamen dan orang yang mengaku mengamen itu tidak perlu membayar... asal siap ribut dengan kenek... Sungguh merupakan suatu Karunia Tuhan, saya tidak dipertemukan dengan pengamen jahat... Saudara2 saya itu orang baik dan berkeinginan untuk maju... kalau boleh dibilang merekalah senior-senior dalam dunia perngamenan di ibukota, beberapa diantara mereka sudah mengamen dari kecil... tapi hidup adalah sebuah pilihan... dan syukurlah mereka tetap memilih jalan yang baik... Saya mengamen bertiga, lalu berdua, lalu sendiri... kadang pakai gitar, tapi kalau gitar lagi dipinjam saya pakai suling sunda dan baca puisi... jangan anda bayangkan pengamen yang cuma pakai kecrekan lho ya... itu adik-adik kami... kami sudah skala pementasan dalam sekali ngamen, pernah mendengar pengamen yang bagus sekali? Yah, seperti itulah kami kira-kira.... pendapatan kami memang jauh di atas pengamen rata-rata.... karena harus ada nilai seninya dalam setiap penampilan...

SAAT MENGAMEN

Mulai dari 1998-2004, saya terus ada di jalanan, bergabung dengan sebuah lsm untuk orang hilang, membangun Forum Seniman Jalanan bersama saudara-saudara kami yang lain... Mereka sungguh tidak taat peraturan... jam karet, hidup santai, tidak suka mengikuti perintah, tetapi kalau kerjasama boleh diadu dengan kerjasamanya Tung Desem Waringin... kami lebih hebat! Ketika mengamen, berapa pun hasil yang kami dapat itu harus dibagi rata... itu berlaku secara nasional.... jadi jika anda dapat 10.000 itu berarti 5000-5000 atau 3000-3000-3000 dan 2 gelas aqua kalau orangnya ada 3, tidak boleh ada yang curang dan kami saling menghormati hasil usaha teman kami walaupun dia tidak bisa menyanyi dan hanya tepuk tangan saja.... makan juga begitu... kami makan nasi perang... jadi dari uang hasil tadi saweran untuk beli makanan, nasi bungkus dan itu kami makan beramai-ramai dengan teman-teman lain... sungguh suatu kekeluargaan yang hampir punah dari tingkat RT/RW sekalipun... Selain mengamen kami juga menguasai parkiran dan bisa makan dimana saja dengan harga setengah... nasi padang, ayam-sayur 3000 sementara orang biasa bayar 5000. Kami bergaul akrab dengan pengojek2, tukang jualan sepanjang jalan, tukang asongan, hanya dua musuh kami yaitu : pencopet dan tukang minta2 sumbangan masjid atau sumbangan orasi pura-pura sakit atau baru keluar dari penjara... orang2 seperti itu bisa kami ledek habis-habisan atau kami hajar sampai babak belur kalau dia melawan... ada cerita tentang pencopet... bersyukurlah anda jika ada pengamen baik naik (tidak bertato, terlihat senior,berani, bermain bagus) biasanya copet-copet itu akan menunggu dan tidak akan beraksi sampai pengamen itu selesai... di tulisan lain saya akan menulis trik mengenali copet dan penodong.

KEHIDUPAN JALANAN

Kehidupan Jalanan penuh dengan kekerasan... Forum Senja pun tidak bertahan lama... karena budaya malas itu dan tidak bisa diatur... anggota kami waktu itu sampai 50 orang, dari blok-m sampai kota... agenda utama kami pentas seni jalanan, naik gunung, belajar membaca dan menulis, ikut festival band, main bola lawan anak2 Aston Hotel belakang, buka puasa bareng, aksi sosial membersihkan lingkungan... kami berlima pun sepakat bahwa kami harus mencari kerja untuk kehidupan yang lebih layak... saya menyemangati mereka untuk mencari kerja selain mengamen... Oka sekarang jadi satpam, Anto bekerja di percetakan, Ian main musik di cafe-cafe dengan timnya... ada yang melatih teater... ada yang menjadi pegawai kantoran... ada juga yang menjadi guru... sesekali kami berkumpul di depan pangkalan ojeg plaza sentral, pergi ke gereja Tiberias, atau sekedar makan di McD... Tahun 2005 saya sudah tidak aktif lagi karena pekerjaan saya, karena pengaruh dari jalanan itu sungguh tidak baik bagi kehidupan saya.... apalagi bagi anak2... banyak diantara bocah cilik yang tersesat menjadi pecandu narkoba, korban sodomi, ngelem, pencopet, penjambret, keluar masuk bui.... kalau anak cewe-nya... kalau dia tersesat akhirnya menjadi penyanyi karaoke, wts, dan penghuni panti pijat... atau kawin di bawah umur... Rumah singgah Mahanaim yang ada di Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang Bekasi sangat baik, saya pernah sekali mengajar bahasa Inggris di sana.

PERANAN PEMERINTAH

Omong kosong. Nol Besar. NATO. Cuek. Banyak anak yang ditangkapi lalu inang pengasuhnya disuruh bayar uang tebusan 20-50 rb, kalau tidak ya mereka tetap jadi tahanan, panti anak jalanan itu kondisinya menyedihkan, bau pesing, dan tidak layak huni seperti layaknya kandang babi yang tidak terurus... Lalu saya berpikir jauh 10 tahun ke depan, karena golongan tua suka korupsi, anak2 itu hidup melarat, lalu ada juga program yang melarang memberi uang sedekah... bullshit!!! Lalu apa peran pemerintah kalau mereka tidak bisa mencari uang??? Sekedar untuk perut mereka sendiri???
Saya merasa kasihan bukan kepada mereka tetapi justru kepada orang-orang yang pelit untuk memberi.... MASYA ALLAH!!! Bahkan yang berjilbab pun memberi ketika Lagu Gereja dinyanyikan....

Tidak ada komentar: